QueenAl Falah. Queen Al Falah merupakan pondok pesantren yang sejak awal didirikannya menerima santri santri yang menempuh jenjang pendidikan formal. Berlokasi + 250 meter sebelah barat pondok induk, pesantren ini didirikan oleh Al Maghfur lah KH. Munif Djazuli. Pesantren ini mulai direncanakan pendiriannya pada tahun 1992, dan direalisasikan
Sejarahprofil biodata ponpes Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri Jatim Jawa Timur pontren pp. Pesantren salaf ini didirikan pada tahun 1925 oleh KH. A. Djazuli Usman.Pada 1 Januari 1925, KH. A. Djazuli Usman mendirikan sebuah madrasah dan pondok pesantren. Ia memanfaatkan serambi Masjid untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Tanpa terasa santri yang belajar dengan KH.
PondokPesantren Al-Falah Ploso Kediri. Berawal dari keinginan mengamalkan ilmu pengetahuan agama yang didapatkannya dari kota Makkah al-Mukarromah, KH. Ahmad Djazuli Usman merintis berdirinya sebuah pondok pesantren. Bersama dengan Muhammad Qomar, salah seorang santrinya, ia merintis berdirinya pesantren dengan cara yang sangat sederhana.
HaulAkbar Masyayikh Pondok Pesantren Al Falah Ploso
PengasuhPondok Pesantren Al Falah Ploso, KH Zainuddin Djazuli tutup usia, Sabtu (10/7/2021). Kabar wafatnya ulama kharismatik itu seperti disampaikan pada unggahan akun Instagram Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) @nahdlatululama. "Berduka yang mendalam atas wafatnya : KH. Zainuddin Jazuli (Mustasyar PBNU, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah
Salahseorang keluarga di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur, Agus H Kanzul Ficki berharap agar seluruh alumni, simpatisan, muhibbin untuk tidak takziah ke Pondok Al Falah. Surabaya 17 Okt 2020 09:38 Pengasuh Ponpes Al-Falah Ploso Fuad Mun'im Djazuli Tutup Usia.
3DIYZV8. SEJARAH MUASSIS AL FALAH PLOSOKH. Ahmad Djazuli Utsman, Pendiri PP. Al Falah Ploso Kediri KH. DJAZULI USTMAN Sang Blawong Pewaris Keluhuran Pendiri PP. AL FALAH Dialah Masâud, yang mendapat julukan Blawong dari KH. Zainuddin. Kelak dikemudian hari ia lebih dikenal dengan nama KH. Achmad Djazuli Utsman, pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri. AL FALAH Diam-diam KH. Zainuddin memperhatikan gerak-gerik santri baru yang berasal dari Ploso itu. Dalam satu kesempatan, sang pengasuh pesantren bertemu Masâud memerintahkan untuk tinggal di dalam pondok. âCo, endang ning pondok !â âKulo mboten gadah sangu, Pak Kyai.â Jawab Masâud âAyo, CoâŠmbesok kowe arep dadi Blawong, Co !â Masâud yang tidak mengerti apa artinya Blawong, hanya diam saja. Setelah tiga kali meminta, barulah Masâud menurut perintah Kyai Zainuddin untuk tinggal di dalam bilik pondok. Sejak itulah, Masâud kerap mendapat julukan Blawong. Ternyata Blawong adalah burung perkutut mahal yang bunyinya sangat indah dan merdu. Si Blawong itu dipelihara dengan mulia di istana Kerajaan Bawijaya. Alunan suaranya mengagumkan, tidak ada seorang pun yang berkata-kata tatkala Blawong sedang berkicau, semua menyimak suaranya. Seolah burung itu punya karisma yang luar biasa. Ia lahir di awal abad XIX, tepatnya tanggal 16 Mei 1900 M. Ia adalah anak Raden Mas M. Utsman seorang Onder Distrik penghulu kecamatan. Sebagai anak bangsawan, Masâud beruntung, karena ia bisa mengenyam pendidikan sekolah formal seperti SR, MULO, HIS bahkan sampai dapat duduk di tingkat perguruan tinggi STOVIA Fakultas Kedokteran UI sekarang di Batavia. Belum lama Masâud menempuh pendidikan di STOVIA, tak lama berselang Pak Naib, demikian panggilan akrab RM. Utsman kedatangan tamu, KH. Maâruf Kedunglo yang dikenal sebagai murid Kyai Kholil, Bangkalan Madura. âPundi Masâud ?â tanya Kyai Maâruf. âKe Batavia. Dia sekolah di jurusan kedokteran,â jawab Ayah Masâud. âSaene Masâud dipun aturi wangsul. Larene niku ingkang paroyogi dipun lebetaken pondok Sebaiknya ia dipanggil pulang. Anak itu cocoknya dimasukan ke pondok pesantren,â kata Kyai Maâruf. Mendapat perintah dari seorang ulama yang sangat dihormatinya itu, Pak Naib kemudian mengirim surat ke Batavia meminta Masâud untuk pulang ke Ploso, Kediri. Sebagai anak yang berbakti ia pun kemudian pulang ke Kediri dan mulai belajar dari pesantren ke pesantren yang lainnya yang ada di sekitar karesidenan Kediri. Masâud mengawali rihlah ilmiyahnya dengan di pesantren Gondanglegi Nganjuk yang diasuh oleh KH. Ahmad Sholeh. Di pesantren ini ia mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qurâan, khususnya tajwid dan kitab Jurumiyah yang berisi gramatika Arab dasar Nahwu selama 6 bulan. Setelah menguasai ilmu Nahwu, Masâud yang dikenal sejak usia muda itu gemar menuntut ilmu kemudian memperdalam pelajaran tashrifan ilmu Shorf selama setahun di Pondok Sono Sidoarjo. Ia juga sempat mondok di Sekarputih, Nganjuk yang diasuh KH. Abdul Rohman. Hingga akhirnya ia nyantri ke pondok yang didirikan oleh KH. Ali Imron di Mojosari, Nganjuk yang pada waktu itu diasuh oleh KH. Zainuddin. Kiai Zainuddin Mojosari dikenal banyak melahirkan ulama besar, diantaranya adalah KH. Abdul Wahhab Hasbullah Pendiri NU dan Rais Am setelah KH. Hasyim Asyâari, Masâud yang waktu itu telah kehabisan bekal untuk tinggal di dalam pondok kemudian mukim di langgar pucung musala yang terletak tidak jauh pondok. Selama di Pondok Mojosari, Masâud hidup sangat sederhana. Bekal lima rupiah sebulan, dirasa sangat jauh dari standar kehidupan santri yang pada waktu rata-rata Rp 10,-. Setiap hari, ia hanya makan satu lepek piring kecil dengan lauk pauk sayur ontong jantung pisang atau daun luntas yang dioleskan pada sambal kluwak. Sungguh jauh dikatakan nikmat apalagi lezat. Di tengah kehidupan yang makin sulit itu, Pak Naib Utsman, ayah tercinta meninggal. Untuk menopang biaya hidup di pondok, Masâud membeli kitab-kitab kuning yang masih kosong lalu ia memberi makna yang sangat jelas dan mudah dibaca. Satu kitab kecil semacam Fathul Qorib, ia jual Rp 2,5,-seringgit, hasil yang lumayan untuk membiayai hidup selama 15 hari di pondok itu. Setelah sempat mondok di Mojosari, Masâud berangkat haji sekaligus menuntut ilmu langsung di Mekkah. H. Djazuli, demikian nama panggilan namanya setelah sempurna menunaikan ibadah haji. Selama di tanah suci, ia berguru pada Syeikh Al-Alamah Al-Alaydrus di Jabal Hindi. Namun, ia di sana tidak begitu lama, hanya sekitar dua tahun saja, karena ada kudeta yang dilancarkan oleh kelompok Wahabi pada tahun 1922 yang diprakasai Pangeran Abdul Aziz As-Suâud. Di tengah berkecamuknya perang saudara itu, H. Djazuli bersama 5 teman lainnya berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah. Sampai akhirnya H. Djazuli dan kawan-kawannya itu ditangkap oleh pihak keamanan Madinah dan dipaksa pulang lewat pengurusan konsulat Belanda. Sepulang dari tanah suci, Masâud kemudian pulang ke tanah kelahirannya, Ploso dan hanya membawa sebuah kitab yakni Dalailul Khairat. Selang satu tahun kemudian, 1923 ia meneruskan nyantri ke Tebuireng Jombang untuk memperdalam ilmu hadits di bawah bimbingan langsung Hadirotusy Syekh KH. Hasjim Asyaâri. Tatkala H. Djazuli sampai di Tebuireng dan sowan ke KH. Hasjim Asyaâri untuk belajar, Hadrotusy Syekh sudah tahu siapa Djazuli yang sebenarnya, âKamu tidak usah mengaji, mengajar saja di sini.â H. Djazuli kemudian mengajar Tafsir Jalalain, bahkan ia kerap mewakili Tebuireng dalam bahtsul masaâil seminar yang diselenggarakan di Kenes, Semarang, Surabaya dan sebagainya. Setelah dirasa cukup, ia kemudian melanjutkan ke Pesantren Tremas yang diasuh KH. Ahmad Dimyathi adik kandung Syeikh Mahfudz Attarmasiy. Tak berapa lama kemudian ia pulang ke kampung halaman, Ploso. Sekian lama H. Djazuli menghimpun âair keilmuan dan keagamaanâ. Ibarat telaga, telah penuh. Saatnya mengalirkan air ilmu pegetahuan ke masyarakat. Merintis pesantren Al Falah Pada pertengahan tahun 1924, dengan satu masjid dan seorang santri bernama Muhammad Qomar, yang tidak lain adalah kakak iparnya sendiri, Haji Djazuli mulai merintis pesantren. beliau meneruskan pengajian untuk anakâanak desa sekitar Ploso yang sudah dimulainya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates. Jumlah murid pertama yang ikut mengaji ± 12 orang. Di penghujung tahun 1924 itu seorang santri Tremas bernama Abdullah Hisyam asal Kemayan ± 3 km selatan Ploso datang bertamu kepada Haji Djazuli sambil membawa salam dan suratâsurat dari sahabat lamanya. Akhirnya Hisyam melanjutkan belajarnya kepada kyai Djazuli yang memang sudah dikaguminya semenjak di Tremas. Berbekal tekad yang kuat, pada tanggal 1 Januari 1925 kyai Djazuli mengajukan surat permohonan pemantauan kepada pemerintah Belanda untuk lembaga baru yang kemudian dikenal dengan nama Al Falah. Karena Madrasah tersebut belum punya gedung maka tempat belajarnya menggunakan serambi masjid. Inilah awal keberangkatan Haji Djazuli menjadi seorang Kyai di usia yang masih muda 25 tahun. Cerita tentang berdirinya Madrasah sudah terdengar di kalangan yang lebih luas hingga satu demi satu santri berdatangan dan menetap di Ploso. H. Ridwan Syakur, Baedlowi dan Khurmen, ketiganya dari Sendang Gringging ditambah H. Asyâari dan Berkah dari Ngadiluwih merupakan santriâsantri pertama yang menetap. Suasana sudah terasa ramai dan masjidpun terasa sesak yang menimbulkan permasalahan baru yaitu mendesaknya pengadaan ruang belajar yang memadai. Direncanakanlah pembangunan sebuah gedung Madrasah. Dengan segenap tenaga, fikiran dan jerih payah yang tak ternilai, Kyai Djazuli keliling desa guna mengumpulkan dana untuk pembangunan tersebut. Beliau harus mengayuh sepeda berpuluhâpuluh kilometer sampai Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan terkadang ke Blitar. Namun tak siaâsia banyak hartawan dan dermawan mengulurkan tangan sehingga pembangunan segera bisa dilaksanakan. Dipimpin oleh seorang tukang bangunan bernama Hasan Hadi, seluruh santri bahu membahu bergotong royong, begitu juga Kyai dan Ibu Nyai. Sampai pembangunan sudah layak untuk ditempati, tinggallah semen untuk lantai yang tak terjangkau oleh dana. Tak ada rotan akarpun jadi, maka dipakailah batu bata merah untuk lantainya, sehingga Madrasah yang berlokasi di depan Masjid dan terdiri dari 2 lokal itu terkenal dengan sebutan Madrasah Abang Madrasah Merah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1927. Konon KH. Hasyim Asyâari berkenan hadir pada acara selamatan/ syukuran pembangunan Madrasah tersebut, suatu peresmian yang sangat sederhana. Banyaknya santri yang menetap sudah tak tertampung lagi di Masjid sehingga timbullah permasalahan lagi yaitu pengadaan asrama pondok tempat bermukim bagi para santri. Maka pada tahun berikutnya 1928 dibangunlah asrama pertama yang diberi nama pondok D Darussalam yang disusul pada tahun berikutnya dengan pembangunan Pondok C Cahaya yang semula diperuntukkan sebagai tempat mujahadah bagi para santri. Pada tahun 1939 dibangunlah komplek A Andayani, sebuah asrama berlantai dua dilengkapi sebuah musholla di depannya. Dengan tersedianya asrama D, C dan kini A beserta musholla yang merupakan hak milik pondok pesantren diharapkan santri dapat tentram mengikuti pengajian dan kegiatanâkegiatan belajar lainnya. Pada akhir masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1941, kantor kenaiban diputuskan untuk pindah ke Mojo 6 km utara Ploso. Tentu saja perpindahan tersebut meninggalkan kekayaan yang berharga, di antaranya sebuah masjid, pendopo kenaiban, rumahârumah dan tanah pekarangan yang cukup luas. Untuk dapat memiliki kekayaan tersebut pihak pondok diminta untuk menyediakan tanah pengganti di Mojo. Untuk itu pondok mengeluarkan biaya 71 gulden Belanda Pada masa penjajahan Jepang, mengetahui bahwa Kyai Djazuli adalah orang yang mempunyai pendidikan umum yang cukup tinggi dan mampu untuk menjalankan tugasâtugas kepemimpinan formal yang berkaitan dengan administrasi, diangkatlah beliau sebagai Sancok Camat dan dengan paksa pula beliau diharuskan mengganti sarung, kopyah dan surbannya dengan celana pendek, topi dan sepatu. Jepang beranggapan beliau adalah Kyai, seorang tokoh informal yang bisa dipakai untuk propaganda 3A dengan semboyan Nippon cahaya AsiaNippon pelindung Asia danNippon pemimpin Asia. Beliau menjalankan kemauan Jepang dengan alasan BidâDlorurot, sebab jika beliau tak mau, Jepang menjadi curiga bahkan tak seganâsegan membunuhnya seperti yang dilakukan terhadap banyak Kyai waktu itu, bila hal itu terjadi yang rugi bukan Kyai Djazuli pribadi atau keluarganya saja, akan tetapi umat Islam. Bukankah pondok yang tengah dirintisnya setapak demi setapak mengalami kemajuan? Akan tetapi dalam tugasâtugasnya di tengah masyarakat, Kyai Djazuli menyampaikan dakwah Islam bukan dakwah Jepang. Diajaknya rakyat untuk tetap bersabar dan tidak putus asa menghadapi cobaan pahitnya dijajah, diajaknya rakyat untuk bertobat dan mendekatkan diri kepada Allah yang kuasa agar pertolongan Allah segera datang. Dari sancok beliau dipindah tugaskan ke Pare, sebagai ketua parlemen Ketua DPRD Tk. II setiap pagi beliau sudah dijemput dengan kendaraan untuk menjalankan tugas dan baru diantar pulang menjelang maghrib. Dalam kesibukan seperti itu beliau tetap berusaha agar dapat mengajar ngaji di tengah santriâsantrinya, maka setelah istirahat sejenak selepas maghrib beliau mengajak para santri berkumpul di masjid. Ternyata perlakuan Jepang terhadap Kyai Djazuli dengan caraâcara di atas belum dianggapnya cukup, puncaknya adalah dimasukkannya beliau ke dalam daftar KAMIKAZE Pasukan berani mati Kyai yang sangat disayang dan dibutuhkan oleh ummat itu kini akan diambil oleh Jepang untuk diserahkan nyawanya begitu saja kepada tentara sekutu. Oleh karena itu Saâidu Siroj lurah pondok pertama merasa tak tega melihat perlakuan Jepang yang biadab ini. Pemuda Tulungagung ini tampil dengan berani untuk mewakili Kyai, gurunya yang diagungkan. Dia rela nyawanya melayang sebagai tumbal dan demi keselamatan pimpinan Pondok pesantren. Hingga pada akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat dan angkat kaki dari Indonesia. Alhamdulillah, selamatlah Kyai Djazuli dari KAMIKAZE. Kegiatan pondok yang sempat terganggu di zaman Jepang kini telah berakhir, penyempurnaanâpenyempurnaan di bidang kurikulum dapat terus dilakukan. Gaung kemajuan Al Falah semakin menyebar ke kalangan yang lebih luas sehingga jumlah santri melonjak menjadi ±400 orang dalam waktu sekitar dua tahun. Tahun 1948, belanda melancarkan agresi militer. sehingga para santri ikut berjuang mempertahankan agama dan negara. Bahkan dua orang dari santri Ploso gugur di medan juang, sebagai syuhada bunga bangsa. Selama dua tahun pula pondok Ploso sepi tanpa santri dan kosong dari pengajian Yang tersisa hanya 5 orang santri yang sudah bertekad hidup dan mati di pondok. Mereka itu adalah Zainuddin dari KebumenMasâuddin dari YogyakartaKholil dari soloKholiq Dhofir dari KediriRomli dari Trenggalek. Tahun 1950 situasi kembali aman, dan kegiatan pondok diaktifkan kembali. Zainuddin Kebumen diangkat sebagai lurah pondok yang bertugas mengelola jalannya roda pendidikan setelah masaâmasa agresi. Sedangkan 5 orang temannya yang di masa agresi tetap tinggal di pondok diangkat sebagai pengurusâpengurus lain. Berangsurâangsur para santri kembali ke pondok setelah mengalami libur panjang selama 2 tahun. Jumlah santri 400 orang sebelum agresi sudah datang, bahkan terus bertambah dengan datangnya santriâsantri baru secara berangsurâangsur. Kepadatan warga mulai terasa lagi di pondok Al Falah sehingga perluasan harus segera diwujudkan. Maka pada tahun 1952 kyai Djazuli beserta segenap para santrinya membangun sebuah asrama yang diberi nama komplek B Al Badar. Memasuki usianya yang ke-25 tahun di tahun 1950âan, sejalan dengan berkembangnya fasilitasâfasilitas gedung, peralatan dan sebagainya, maka perbaikan dan penyempurnaan juga ditingkatkan di bidang sistem pendidikan seperti kurikulum, metode interaksi dan lainâlain. Penyempurnaan tersebut diarahkan berkiblat kepada sistem Tebuireng pada tahun 1923. Suatu sistem yang dikagumi dan ditimba oleh Kyai DjazuIi selama mondok di sana pada tahun 1923. Maka sistem belajar mengajar di Al Falah ini terus berlangsung dengan berpedoman kepada sistem Tebuireng hingga sekarang. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa Pondok Al Falah adalah duplikat monumental dari Pondok Tebuireng di masa KH. Hasyim Asyâari tahun 1923. Kyai Djazuli rupanya mempunyai prinsip yang kokoh dan sangat yakin kepada sistem salafiyah yang dipilihnya, sehingga beliau tetap konsisten untuk melestarikannya. Dan ternyata Kyai Djazuli tidak salah pilih sebab sistem salafiyah tetap punya pendukung dan penggemar di kalangan ummat Islam. Begitulah kenyataannya sekitar tahun 1960âan santri terus meningkat sehingga fasilitas gedung yang ada sudah tak menampung lagi. Untuk mengatasi masalah ini pada tahun 1957 dibangun dua unit bangunan asrama yang diberi nama Komplek G Al Ghozali dan Komplek H Hasanuddin. Begitu seterusnya lima tahun berikutnya pondok terasa sesak lagi dan dibangunlah Komplek AA Al Asyhar pada tahun 1962. Pondok Al Falah semakin anggun dengan bangunan-bangunan yang sudah berderet seiring dengan wibawanya yang makin dirasakan oleh masyarakat luas. Pengaruh pondok yang dihuni oleh ±600 orang santri ini semakin kuat di tengahâtengah masyarakat abangan Ploso. Gangguanâgangguan pihak luar yang ditujukan kepada pondokpun berangsurâangsur berkurang dan akhirnya hilang sama sekali. Masyarakat sudah rataârata menunjukkan sikap simpati dan berduyunâduyun menyekolahkan anaknya ke pondok yang mendorong dibukanya Madrasah Lailiyah malam khusus untuk anakâanak kampung sekitar, yang didirikan pada tahun 1957/1958. Sampai di akhir hayat, KH. Ahmad Djazuli Utsman dikenal istiqomah dalam mengajar kepada santri-santrinya. Saat memasuki usia senja, Kyai Djazuli mengajar kitab Al-Hikam tasawuf secara periodik setiap malam Jumâat bersama KH. Abdul Madjid dan KH. Mundzir. Bahkan sekalipun dalam keadaan sakit, beliau tetap mendampingi santri-santri yang belajar kepadanya. Riyadloh yang beliau amalkan memang sangat sederhana namun mempunyai makna yang dalam. Beliau memang tidak mengamalkan wiridan-wiridan tertentu. Thoriqoh Kyai Djazuli hanyalah belajar dan mengajar âAna thoriqoh taâlim wa taâallumâ ,dawuh beliau berulangkali kepada para santri. Pasangan KH. Djazuli dengan Ibu Nyai Rodliyah dikaruniai 8 anak putra dan 3 anak putri Siti Azizah meninggal diusia 1 thnHadziq meninggal diusia 9 blnKH. A. Zainuddin DjazuliKH. Nurul Huda DjazuliKH. Hamim Djazuli Alm. Gus MiekKH. Fuad Munâim DjazuliMahfudz meninggal diusia 3 thnMakmun meninggal diusia 7 blnKH. Munif Djazuli AlmIbu Nyai Hj. Lailatul Badriyah DjazuliSuâad meninggal diusia 4 bln Hadratus Syaikh KH. A. Djazuli Utsman menghadap kepada yang kuasa pada jam wib hari Sabtu wage 10 januari 1976 bertepatan dengan 10 Muharam 1396 H. Ű„Ùۧ ÙÙÙ ÙŰ„Ùۧ ۧÙÙÙ Ű±Ű§ŰŹŰčÙÙ Ribuan umat mengiringi prosesi pemakaman sosok pemimpin dan ulama itu di sebelah masjid kenaiban, Ploso, Kediri. Konon, sebagian anak-anak kecil di Ploso, saat menjelang wafatnya KH. Djazuli, melihat langit bertabur kembang. Langit pun seolah berduka dengan kepergian Sang Blawongâ yang mengajarkan banyak keluhuran dan budi pekerti kepada santri-santrinya itu. Beliau wafat tanpa meninggalkan apaâapa berupa harta benda, sawah, ladang ataupun emas permata. Tetapi sebuah pondok pesantren Al Falah telah melebihi segalanya. Sukses besar mencetak putraâputrinya menjadi manusia-manusia sholeh sholehah akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri di alam barzah dan di akhirat. Masih ditambah lagi dengan ilmu manfaat yang beliau tinggalkan akan mengalirkan pahala terus menerus, jauh lebih deras dari aliran sungai Brantas sepanjang masa. Ketiga perkara itu telah diraih dengan gemilang oleh Kyai Djazuli berupa ilmu manfaat, anak sholeh yang akan selalu berdoâa dan amal jariyah berupa Al Falah yang kian megah. Refrensi PP. AL FALAH PLOSO INDUK alfalah
Pesantren Al Falah Ploso merupakan salah satu pondok pesantren yang sangat mashur di wilayah Kediri dan sekitarnya. Ponpes ini memang sangat besar, baik dari sisi identitas, jumlah santri, sejarah, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu kami ingin mengulas lebih khusus, terutama pendidikan, sisi keunggulan, yang bersumber dari website resmi serta brosur yang berhasil kami dapatkan. Pesantren Al Falah Ploso Kediri Pesantren Al Falah Ploso memulai kegiatan sejak tahun 1924. Pada masa itu pondok-pondok besar berdiri, di antaranya Gontor 1926. Berawal dari serambi masjid oleh Haji Djazuli yang mana sudah nyantri ke banyak pondok pesantren besar seperti Tremas Pacitan dan Tebu Ireng Jombang. Kini santrinya sudah ribuan, datang dari banyak penjuru daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tempatnya cukup luas, menampung santri putra dan putri. Ini memang pesantren yang sudah sangat mapan dalam membina santri dan santriwatinya. pesantren al falah ploso kediri Pendidikan di Al Falah Ploso Mojo Adapun pendidikan di pesantren Al Falah Ploso sangat khas seperti pesantren khusus kitab kuning lainnya. Kalau di Jawa Timur seperti laiknya Sidogiri Pasuruan, Lirboyo, Langitan Tuban, dan lainnya. Sangat kental dengan diniyyah Islam. Atau sering disebut dengan salafiyah murni. Nama jenjangnya adalah Madrasah Islamiyah Salafiyah Riyadhotul Uqul MISRIU. Tingkatannya dua, yaitu Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Tapi dalam setiap tingkatan ada jenjang yang panjang. Ibtidaiyah memiliki tingkatan selama tiga tahun, fokusnya adalah pembinaan akhlaq santri, wawasan sosial, pemantapan aqidah, tidak lupa peletakan dasar-dasar dari ilmu bahasa arab, nahwu dan shorf. Semua disiapkan untuk jenjang lebih matang di Tsanawiyah Pesantren Al Falah Ploso Kediri. Jenjang berikutnya adalah tingkat Tsanawiyah yang ditempuh dalam jangka waktu empat tahun. Masing-masing jenjang Tsanawiyah memiliki penekanan pada ilmu balaghoh sastra arab, logika, ushul fiqh, kaidah fiqih, bahkan astronomi falaq. Jurumiyah, Imrithi, sampai Alfiyah dikhatamkan di ponpes Al Falah Ploso Kediri ini. Bukan berarti jenjang ini tidak diakui pemerintah. Sejak 2008 sudah diakui sebagai salah satu satuan pendidikan resmi dengan nama Muâadalah. Nantinya dapat ijazah setingkat ulya yang diakui untuk meneruskan ke jenjang berikutnya di dalam atau luar negeri. Selengkapnya tentang ijazah muâadalah bisa dibaca lengkap di sini. Pendidikan Lanjutan Khatam di MISRIU bukan berarti sudah selesai. Masih ada jenjang berikutnya yang bernama Riyadathut Tholabah. Yaitu jenjang musyarawah yang mendidik kemandirian dalam berpikir, terutama dalam mengambil hukum islam. Pendidikannya terdiri dari tiga jenjang. Jenjang pertama di pesantren Al Falah Ploso Kediri ini adalah Fathul Qorib dalam jangka satu tahun. Jenjang berikutnya Fathul Muâin juga satu tahun. Sedangkan jenjang akhir adalah Fathul Wahhab yang harus ditempuh dalam jangka waktu tiga tahun. Jadi cukup dalam. Bahkan sekaligus diterjunkan ke masyarakat untuk berdakwah dan lain sebagainya. Kegiatan Ekstra di Al Falah Kediri Yang unik di pesantren Al Falah Ploso Kediri adalah ekstra yang masih berkaitan dengan pendidikan salafiyah. Seperti pelatihan falak-hisab, pelatihan pidato atau ceramah, seni baca Al Quran dan shalawat. Plus yang paling penting adalah ekstra untuk bahsul masail setiap pekan, bahkan ada setahun sekali antar pondok pesantren di Jawa dan Madura. Wow. Cukup prestisius sekali. Ciri Khas Pesantren Ada beberapa ciri khas pondok pesantren Al Falah Ploso Kediri. Di antaranya dari cara berpakaian memakai kopyah putih, koko putih dan sarung. Kegiatan rutin dzikirnya banyak, seperti membaca Al Waqiah, dan lainnya. Juga kegiatan-kegiatan ruhaniyah semacam haul akbar, bahsul masail, ada juga mujahadah kubro, tahlil dan yasinan, dibaiyah setiap komplek, benar-benar suasana pesantren khas Indonesia. Anda akan merasakan nuansa yang cukup religius. Pendaftaran Pesantren Bagi yang ingin mendaftar ke pesantren Al Falah Ploso Kediri, maka ada beberapa tahapan. Di antaranya adalah sowan ke masayikh bersama wali, surat pernyataan disertai materai, ada juga fotocopy KK. Tidak lupa mengisi form di website resmi. Nanti kami cantumkan linknya. Kedua, ada materi ujian masuk. Kalau tingkat dasar, Anda bisa tinggal masuk saja. Tapi kalau untuk tingkat lanjutan, istilahnya masuk kelas dua tiga dan seterusnya ada ujian. Seperti untuk kelas dua ibtidaiyah ada ujian Fiqh, Tajwid. Begitu juga kalau ingin masuk kelas satu Tsanawiyah, ada ujian Jurumiyah, Iâlal, Tashrif, baca kitab Riyadlul Badiâah, dan baca Al Quran. Jadi tidak bisa sembarangan masuk tingkat atas. Biaya Masuk Pesantren Untuk pendaftaran pesantren Al Falah Ploso Kediri hanya sekitar Adapun biaya pokok pesantren sebesar Ada lagi biaya madrasah sebesar Jadi kalau ditotal sekitar juta. Menurut kami biaya ini sangat terjangkau sekali, padahal kualitas yang diberikan sangat bagus. Bisa dilihat dari pesantren kitab kuning lainnya di link ini. Beberap kami sudah sajikan informasi biaya dan keunggulan. Alamat Lengkap Bagi yang ingin datang ke pesantren Al Falah Ploso maka alamatnya berada di Jl. Raya Mojo, Ploso, Mojo, Kediri. Letaknya di pinggir jalan kok. Atau kalau bingung bisa ikuti link Google Maps yang kami sediakan di bawah ini. Jika ingin informasi lebih lengkap, valid, dan update bisa kunjungi website resminya di link pendaftaran juga ada di website tersebut. Semoga informasi ini bermanfaat.
Home Rohani Selasa 07-03-2023 / 1356 WIB - â Berikut ini adalah informasi mengenai biaya Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri yang tidak boleh kamu lewatkan. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini agar tidak ketinggalan informasi pentingnya! Pondok Al Falah Ploso, Kediri terletak di Jl. Raya Mojo Ploso, Kec. Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur 64162. Pondok pesantren ini didirikan oleh hadlrotus syaikh KH. Ahmad Djazuli Utsman pada tahun 1925. Baca juga Jalan Tol Terpanjang di Indonesia Adalah? Terbentang dengan Panjang 371,5 Kilometer Baca juga Sinopsis Anime Detective Conan S30 Episode 1133, Penunjuk Selanjutnya Adalah Stik Golf! Baca juga Hukum Boyle Adalah Pengertian, Bunyi, Rumus, Persamaan, dan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-Hari Pendaftaran Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri Untuk mendaftaran di pondok pesantren ini, berikut ini adalah syarat yang harus kamu penuhi Untuk Pondok Sowan dewan Masyayikh dengan disertai orang tua/walinya Mendaftarkan diri di kantor Pondok pada jam kerja. Dengan sebelumnya melakukan pendaftaran online melalui website Mengisi formulir yang telah disediakan setelah melaksanakan pendaftaran online silahkan download e-formulir atau bukti pendaftarannya Mengisi surat pernyataan yang ditanda tangani orang tua/wali dengan dibubuhi materai Rp. Silahkan download Filenya disini Menyerahkan pass foto terbaru ukuran 3Ă4 sebanyak 6 lembar memakai baju putih dan peci hitam Menyerahkan foto copy Kartu Keluarga KK sebanyak 2 lembar Membayar biaya administrasi yang telah ditetapkan Untuk Madrasah Mendaftarkan diri di kantor Pondok pada jam kerja. Dengan sebelumnya melakukan pendaftaran online melalui website Mengisi formulir yang telah disediakan setelah melaksanakan pendaftaran online silahkan download e-formulir atau bukti pendaftarannya Mengisi surat pernyataan yang ditanda tangani orang tua/wali dengan dibubuhi materai Rp. Silahkan download Filenya disini Menyerahkan pass foto terbaru ukuran 3Ă4 sebanyak 6 lembar memakai baju putih dan peci hitam Menyerahkan foto copy ijazah terakhir sebanyak 2 lembarMembayar biaya administrasi yang telah ditetapkan Sumber BERITA TERKAIT UPDATE TERBARU
Fenomena semacam itu memang menjadi tantangan berat bagi pesantren yang menjadi pusat kegiatan simakan Al-Qurâan Mantab ini. Namun para pengurusnya tidak merasa gentar. Justru tantangan itu membulatkan tekad mereka untuk mengubah masyarakat abangan, menjadi masyarakat yang islami. Hasilnya seperti sekarang ini. Pesantren terus berkembang, dan kehidupan islami tercipta dengan sendirinya di sekitar pondok pesantren yang letaknya ditepi sungai Berantas ini banyak mengambil keuntungan dari letak geografis tersebut. Sungai yang terkenal deras airnya dan terus mengalir sepanjang musim banyak memberikan kehidupan para santri serta para masyarakat sekitarnya. Dipinggir sungai inilah terletak desa Ploso, 15 km arah selatan dari Kediri. Potensi wilayah seperti ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Umumnya mereka memanfaatkan tanah yang subur ditepi sungai berantas untuk bercocok pesantren Al-Falah Ploso Kediri sebagaimana kebanyakan pesantren di kota Kediri merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran model pendidikan dan pengajaran di ponpes Al-Falah, terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah 3 tahun, Madrasah Tsanawiyah 4 tahun , dan Majelis Musyawarah Riyadlotut Tholabah 5 tahun.Pada tingkat Ibtidaiyah materi yang banyak ditekankan adalah masalah akidah dan akhlak, sedangkan untuk tingkat Tsanawiyah ditekankan pada materi ilmu nahwu / sharaf dan ditambah ilmu fiqih, faroidl serta balaghah. Adapun Majelis Musyawarah merupakan kegiatan kajian kitab fiqih, yakni Fathul Qorib, selama satu tahun, Kitab Fathul Muâin selama 1 tahun dan Fathul Wahab selama 3 pendidikan di Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri dimulai dari Madrasah Islamiyah Salafiyah Riyadlotul Uqul MISRIU dengan dua tingkatan; Ibtidaiyah dan tingkatan Ibtidaiyah ditempuh selama 3 tahun yang materi pendidikannya memprioritaskan pembinaan akhlaq santri Moralitas dan Mentalitas, pengembangan wawasan santri, menulis huruf arab, tajwid, pemantapan tauhid dan pengenalan dasar-dasar gramatika arab ilmu nahwu shorof sebagai persiapan memasuki tingkat di tingkat Tsanawiyah, ditempuh selama 4 tahun. Pada kelas 1, 2 dan 3 Tsanawiyah, materi yang ditekankan adalah pendalaman ilmu nahwu, shorof dengan kajian utama ; kelas 1 kitab Jurumiyah, kelas 2 kitab Imrithy dan kelas 3 kitab Alfiyah Ibni Malik serta dilengkapi pula kajian tauhid, fiqh dan risalatul mahidl sebagai penyempurna. Sedangkan di kelas 4 Tsanawiyah lebih dititik beratkan pada penguasaan ilmu balaghoh kesusastraan, mantiq logika, qowaâidul fiqhiyah dan faroidl waris.Kegiatan madrasah dilaksanakan pada pukul s/d pukul mulai hari Sabtu s/d hari Kamis. Dan setiap baâda Isyaâ dilaksanakan musyawarah diskusi bersama sampai pukul dalam naungan MISRIU, dibuka pula madrasah siang Nahariyah dan madrasah malam Lailiyah.MADRASAH NAHARIYAHMemberi kesempatan untuk siswa diluar pondok desa yang tidak dapat mengikuti sekolah pagi dengan biaya lebih ringan. Kegiatan sekolah dimulai pada pukul s/d LAILIYAHSekolah malam yang dimulai pada pukul s/d untuk siswa pondok yang juga mengikuti sekolah umum. Sebagai pendalaman materi pelajaran dilaksanakan musyawarah setelah ashar sampai pukul WIB. Ditambah privat untuk pelajaran umum pukul â THALIBATSetelah siswa menamatkan sekolah di MISRIU Madrasah Islamiyah Salafiyah Riyadlotul Uqul, berikutnya siswa akan ditempa di jenjang musyawarah Riyadlotut Tholibat. Sistem yang diterapkan pada jenjang ini adalah kemandirian berfikir santri, keberanian mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan benar, terutama masalah-masalah fiqhiyah sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi di tingkat ini terdiri dari 2 fraksi. Fraksi I dengan mengambil kajian pokok kitab Fathul Qorib yang ditempuh dalam waktu satu tahun. Fraksi II dengan kajian pokok kitab Fathul Muâin juga ditempuh dalam waktu satu mengikuti kajian-kajian diatas, para santri juga diterjunkan dakwah di tengah-tengah masyarakat guna memberi pencerahan sekaligus sebagai sarana praktikum para santri. Dengan demikian, diharapkan setelah menamatkan jenjang ini, santri benar-benar menjadi generasi tangguh yang sanggup menghadapi tantangan QUR'ANBagi santri yang telah atau akan menghafal Al Qurâan disediakan asrama khusus dengan fasilitas yang memadai. Tetap dapat mengikuti kegiatan pondok dan madrasah atau musyawarah.
Home Rohani Selasa 07-03-2023 / 1352 WIB - Untuk Pondok Sowan dewan Masyayikh dengan disertai orang tua/walinya Mendaftarkan diri di kantor Pondok pada jam kerja. Dengan sebelumnya melakukan pendaftaran online melalui website Mengisi formulir yang telah disediakan setelah melaksanakan pendaftaran online silahkan download e-formulir atau bukti pendaftarannya Mengisi surat pernyataan yang ditanda tangani orang tua/wali dengan dibubuhi materai Rp. Silahkan download Filenya disini Menyerahkan pass foto terbaru ukuran 3Ă4 sebanyak 6 lembar memakai baju putih dan peci hitam Menyerahkan foto copy Kartu Keluarga KK sebanyak 2 lembar Membayar biaya administrasi yang telah ditetapkan Baca juga Penyebab Doa Ibu Tidak Dikabulkan Menurut Buya Yahya dan Cara Mengatasinya Baca juga Jadwal Tayang Anime Trinity Seven Season 2, Tujuh Doa yang Mematikan Masih Menghantui Baca juga Harga Menu Mie Gacoan Sidoarjo Surabaya Terdekat Pesan Delivery Pakai Link Ini Tak Perlu Antre Lama Untuk Madrasah Mendaftarkan diri di kantor Pondok pada jam kerja. Dengan sebelumnya melakukan pendaftaran online melalui website Mengisi formulir yang telah disediakan setelah melaksanakan pendaftaran online silahkan download e-formulir atau bukti pendaftarannya Mengisi surat pernyataan yang ditanda tangani orang tua/wali dengan dibubuhi materai Rp. Silahkan download Filenya disini Menyerahkan pass foto terbaru ukuran 3Ă4 sebanyak 6 lembar memakai baju putih dan peci hitam Menyerahkan foto copy ijazah terakhir sebanyak 2 lembarMembayar biaya administrasi yang telah ditetapkan Untuk link pendaftarannya, kamu bisa menggunakan link berikut ini KLIK DAFTAR PONPES AL FALAH PLOSO KEDIRI Nah, itulah informasi mengenai pendaftaran Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri. Semoga bermanfaat. Sumber BERITA TERKAIT UPDATE TERBARU
biaya ponpes al falah ploso